MAKALAH
TENTANG
MASALAH PENDIDIKAAN
DI INDONESIA
DAN SOLUSINYA
DI SUSUN OLEH:
Ujang Marpudin
Nim:1720028
FAKULTAS
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS
PUTRA INDONESIA(UNPI)
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan
sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu
diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Indonesia
merupakan negara yang mutu pendidikannya masih rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara lain bahkan sesama anggota negara ASEAN pun kualitas SDM bangsa
Indonesia masuk dalam peringkat yang paling rendah. Hal ini terjadi karena
pendidikan di Indonesia belum dapat berfungsi secara maksimal.
Hal ini disebabkan karena perhatian
pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari
beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah,
pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU
pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya
makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata
alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan
kabupaten.
Oleh
karena itu penulis akan menjelaskan tentang masalah yang terjadi dalam dunia
pendidikan dalam bentuk makalah yang berjudul “Masalah Pendidikaan di Indonesia
dan Solusinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian dari pendidikan?
2. Bagaimana
system pendidikan di Indonesia?
3. Apa
saja permasalah pokok pendidikan di Indonesia?
4. Apa
saja permasalah actual pendidikan di Indonesia?
5. Bagaimana
solusi terhadap masalah pendidikan di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk
mengetahui pengertian dari pendidikan
2. Untuk
mengetahui system pendidiakn di Indonesia
3. Untuk
mengetahui masalah pokok pendidikan di Indonesia
4. Untuk
mengetahui masalah actual pendidikan di Indonesia
5. Untuk
mengetahui solusi terhadap masalah pendidikan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan
sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Secara
etimologi atau asal asul kata. Kata pendidikan dalam bahasa Inggris
disebut education yang berasal dari bahasa latin yaitu 'educatum'
yang tersusun atas dua kata yaitu 'E' dan "Duco". Kata E berarti
sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak,
sementara 'Duco' berarti perkembangan atau sedang berkembang. Hal ini secara
etimologi, pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau bergerak dari
dalam keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri (inner abilities) dan kekuatan individu. Kata Education
sering juga dihubungkan dengan 'Educere' (Latin) yang berarti dorongan
(propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk memberikan pendidikan melalui
perubahan yang diusahakan melalui latihan ataupun praktik. Oleh karena itu
definisi pendidikan mengarahkan untuk suatu perubahan terhadap seseorang untuk
menjadi lebih baik.
Pengertian pendidikan menurut Undang
Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian
rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif
supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam
bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata
“didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti
proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa
yakni perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok orang dalam
usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran.
Ø
Pengertian Pendidikan Menurut Para
Ahli
1. Ki
Hadjar Dewantara
Pendidikan
yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala
kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat
mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
2. Plato
pendidikan
adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-long) yang dimulai dari
seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam
mewujudkan warga negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara memimpin
dan mematuhi yang benar. Plato pun menambahkan bahwa pendidikan tidak hanya
menyediakan ilmu pengetahuan dan kemampuan akan tetapi nilai, pelatihan
insting, membina tingkah laku dan sikap yang benar. Pendidikan yang sejati
(true education), akan memiliki kecenderung terbesar dalam membentuk manusia
yang beradab dan memanusiakan manusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan
mereka yang berada dalam perlindungannya.
3. Comenius
pada abad pertengahan, bahwa
pendidikan adalah proses dimana individu mengembangkan kualitasnya
terhadap agama, ilmu pengetahuan dan moralnya, yang membuatnya mampu
mengklaim dirinya sebagai manusia.
4. Martinus Jan Langeveld
Pendidikan adalah upaya menolong anak
untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung
jawab secara susila. Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing
manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.
5. Gunning
dan Kohnstamm
Pendidikan
adalah proses pembentukan hati nurani. Sebuah pembentukan dan penentuan diri
secara etis yang sesuai dengan hati nurani
B. SISTEM
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Indonesia sekarang menganut sistem
pendidikan nasional. Namun, sistem pendidikan nasional masih belum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di Indonesia yang telah
dilaksanakan, di antaranya:
·
Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi
pada nilai.
Sistem
pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Disini peserta didik
diberi pengajaran kejujuran, tenggang rasa, kedisiplinan, dsb. Nilai ini
disampaikan melalui pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan di tingkat
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
·
Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka.
Menurut
sistem pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan
teman, berfikir kreatif dan inovatif
·
Sistem pendidikan beragam.
Di
Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dll. Serta
pendidikan Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan
informal.
·
Sistem pendidikan yang efisien dalam
pengelolaan waktu.
Di dalam
KBM, waktu di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani
dengan materi pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau
sebaliknya.
·
Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan
perubahan zaman.
Dalam
sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat
ini. Oleh itu, kurikulum di Indonesia
sering mengalami perubahan / pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang
Indonesia menggunakan kurikulum K-13
C. MASALAH POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Sistem pendidikan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan masyarakat sebagai
suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika
tidak singkron dengan pembanguan nasional. Kaitan yang erat antara
bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai
suprasistem tersebut di mana sistem pendidikan menjadi
bagiannya,
menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahakn intern sistem
kondisi pendidikan itu menjadi sanggat kompleks, artinya suatu permasalahan
intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar
sistem pendidikan itu sendiri.
Misalnya masalah mutu hasil belajar
suatu sekolah tidak dapat di lepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi
masyarakat di sekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta
masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang
berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan
kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sanggat
kompleks, menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak.
Pada
dasarnya ada dua masalah pokok yang di hadapi oleh dunia pendidikan di tanah
air kita yaitu :
a.
Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
b. Bagaimana
pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja
yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Dari kedua
masalah pokok tersebut, maka permasalahan pokok yang pertama yaitu mengenai masalah pemerataan pendidikan dan masalah
pokok yang ke kedua menyangkut masalah mutu, efisiensi dan relevansi
pendidikan.
Jenis-jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
Dalam lingkup
nasional, telah ditetapkan empat masalah pokok pendidikan yang dirasa perlu
untuk diprioritaskan penanggulangannya. Empat masalah pokok tersebut yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan
Dalam rangka memajukan bangsa
dan kebudayaan nasional serta melaksanakan fungsi dalam mencetak sumber daya
manusia yang berkualitas demi pembangunan, maka perlu ditekankan bahwa
pendidikan di Indonesia harus mampu menerapkan pelaksanaan pendidikan
yang merata. Adapun yang dimaksud pelaksanaan pendidikan yang merata
adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh
pendidikan atau biasa disebut perluasan kesempatan belajar. Pemerataan
pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu equality dan equity. Equality atau
persamaan mengandung arti persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan,
sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh kesempatan pendidikan yang
sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Sehingga dalam hal ini
masalah pemerataan pendidikan dikatakan timbul apabila masih banyak
warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat mengenyam pendidikan
atau dapat dikatakan tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Sejak awal perhatian terhadap pemerataan
pendidikan telah mulai digancarkan secara yuridis. Bagi anak-anak usia
sekolah, mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan terutama SD
merupakan hal yang sangat penting. Diharapkan mereka dapat memperoleh bekal
dasar seperti kemampuan membaca, menulis dan berhitung sehingga mampu mengikuti
perkembangan bangsa.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi
karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil. Hal ini menyebabkan
terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Sehingga
menyebabkan kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak
menjangkau daerah-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk
Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan
sebagaimana yang diharapkan.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu diartikan sama halnya
dengan memiliki kualitas dan bobot. Pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan
pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional yang berkualitas sesuai
dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Dalam dunia pendidikan, mutu
pendidikan menjadi sorotan karena sangat berperan besar dalam menentukan
kualitas sumber daya manusia yang telah tercetak melalui
pendidikan. Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu
untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan.
Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan lulusan,
proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk
menjalankan pendidikan.
Mutu pendidikan menjadi suatu
permasalahan apabila hasil dari pendidikan tersebut belum mampu mencapai taraf
yang diharapkan yaitu menghasilkan keluaran berupa tenaga profesional yang
berguna bagi bangsanya. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan
oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan
system sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja.
Penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan system
tes unjuk kerja.
Jika tujuan
dari pendidikan nasional dijadikan sebagai kriteria kelulusan suatu mutu
pendidikan, maka keluaran dari suatu system pendidikan menjadikan pribadi yang
bertaqwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang yang social dan
bertanggung jawab, warga Negara yang cinta pada tanah air dan memiliki rasa
kesetiakawanan social. Dengan demikian keluaran tersebut diharapkan mampu
mewujudkan diri sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya dan juga lingkungan.
Terkadang orang-orang melakukan
penilaian salah terhadap mutu pendidikan. Banyak yang berpendapat bahwa mutu
pendidikan dapa dinilai melalui hasil akhir belajar siswa, misalkan saja nilai
UN (Ujian Nasional). Sesungguhnya mutu pendidikan yang baik hanya akan
didapatkan oleh seseorang setelah melalui proses belajar yang baik pula.
Memahami dan mengikuti dengan baik proses belajar sehingga diharapkan dapat
menunjukkan hasil belajar yang bermutu. Meskipun hasil tes akhir terlihat
memuaskan dari segi nilai, namun jika tidak mengikuti proses dengan baik maka
hal hasil tidak akan tercipta keluaran yang berumutu secara pribadi
masing-masing. Sehingga proses suatu pendidikan sangat menentukan mutu
pendidikan.
Masalah mutu pendidikan yang harus
disoroti dan diusahan penanggulangannya di Indonesia adalah masalah pemerataan
mutu pendidikan teruama antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Pemerataan
ini sangat penting adanya agar peningkatan mutu pendidikan dirasakan oleh semua
siswa di berbagai pelosok tanah air sehingga nantinya memberi dampak posiif terhadap
munculnya banyak keluaran yang professional di tanah air ini.
3. Masalah Efesiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan
bagaimana suatu sistem pendidikan menggunakan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran
dikatakan efisisennya tinggi. Jika terjadi sebaliknya efisiensinya berarti
rendah.
Beberapa
masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah :
a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan
digunakan
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
Jika
penggunaannya tepat sasaran maka dapat dikatakan efisiensinya tinggi. Namun
jika terjadi yang sebaliknya maka dikatakan pendidikan memiliki efisiensi
rendah.
Jika
dikaitkan dengan permasalahan nyata di masyarakat, maka masalah efisiensi
pendidikan yang pelu memperoleh sorotan yaitu prihal pengangkatan, penempatan
dan pengembangan tenaga.
Pengangkatan yang dimaksud disini
adalah pengangkatan tenaga kependidikan untuk memenuhi kebutuhan dilapangan.
Namun masalah yang terjadi dalam pengangkatan ini adalah kesenjangan antara
tenaga yang berlomba-lomba untuk mendapakan pengangkatan dengan quota
pengangkatan yang sangat terbatas. Kebutuhan lapangan tidak mampu menampung
semua tenaga kependidikan yang ada sehingga hal ini berarti keberadaan tenaga
tersebut tidak dapat segera difungsikan.
Begitu pula dengan masalah
penempatan, di Indonesia masalah penempatan guru masih saja terjadi dalam
lingkungan pendidikan. Seringkali ditemukan bahwa seorang guru mengajar suatu
bidang studi yang tidak sesuai dengan lulusannya. Hal ini juga dikarenakan oleh
masalah jatah pengangkatan yang kurang efisien sehingga ada sekolah
dengan jumlah guru bidang studi tertentu berlebihan namun kekurangan guru untuk
suatu bidang studi. Sehingga kebberadaan guru yang berlebihan akan dialokasikan
oleh sekolah untuk mengajarkan bidang studi yang gurunya kurang meskipun diluar
kewenangan guru tersebut. Misalkan saja guru IPA harus mengajarkan budi pekerti
atau agama. Hal ini tentu menunjukkan bahwa kurangnya efisiensi dalam
pemanfaatan atau memfungsikan tenaga kependidikan.
Jika ditinjau dari masalah
pengembangan tenaga kependidikan maka kaitannya adalah penanganan pengembangan
tenaga pelaksana di lapangan sangat lambat. Sebagai salah satu contohnya yaitu
kesiapan tenaga kependidikan dalam menyambut kurikulum baru. Meskipun ada suatu
pembekalan namun para tenaga kependidikan seringkali beranggapan bahwa
perubahan kurikulum terlalu cepat dan tidak dibarengi oleh kesiapan dari tenaga
pendidik. Kesiapan ini kurang dikarenakan pengembangannya dilapangan juga
sangat lambat yaitu berupa penggalakan penyuluhan, latihan, lokakarya serta
penyebaran buku panduan baru yang kurang cepat dalam pelaksanaannya. Sehingga
masih ada istilah keterlambatan. Keputusan untuk memberlakukan kurikulum ini
pun menjadi perbincangan pro dan kontra sehingga memerlukan waktu lama untuk
menyepakatinya. Sehingga hal ini dianggap bahwa proses pendidikan kurang
efektif dan efisien.
Masalah efisiensi dalam penggunaan
sarana dan prasarana sering juga terjadi dalam dunia pendidikan. Kurangnya
perencanaan dalam pengadaan sarana dan prasarana dapat menjadi satu factor
penyebabnya. Sebagai salah satu contoh yaitu adanya pengadaan sarana
pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan dan keterampilan dari
pemakai.
4. Masalah Relevasi Pendidikan
Sesuai
dengan tujuan dari pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Oleh karena itu sistem
pendidikan harus dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. Jika hal itu tidak dapat teratasi maka telah
mencakup masalah relevansi pendidikan.
Masalah
relevensi adalah masalah yang timbul karena tidak sesuainya sistem pendidikan
dengan keperluan pembangunan nasional. Masalah ini berkenaan dengan rasio
antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan yang diharapkan satuan
pendidikan di atasnya atau indtitusi yang membutuhkan tenaga kerja, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif.
Masalah
relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang
tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan
pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya
lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan
tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.
Pendidikan merupakan faktor
penunjang bagi pembangunan ketahanan nasional. Oleh sebab itu, perlu
keterpaduan di dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dengan pembangunan
nasional tersebut. Sebagai contoh pendidikan di sekolah harus di rencanakan
berdasarkan kebutuhan nyata dalam pembangunan nasional kedepannya yang telah
terencana, serta memperhatikan ciri-ciri ketenagaan yang di perlukan sesuai
dengan keadaan lingkungan di wilayah-wilayah lingkungan tertentu.
Luaran pendidikan dalam hal
ini diharapkan dapat mengisi beraneka ragam sektor pembangunan
seperti produksi, sektor jasa dan lain-lain baik dari segi jumlah maupun
dari segi kualitas. Jika sistem pendidikan mampu memmenuhi segala tuntutan
pembangunan nasional tersebut maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
D. PERMASALAHAN AKTUAL PENDIDIKAN DI
INDONESIA
Permasalahan aktual berupa
kesenjangan-kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil yang dapat
dicapai dari proses pendidikan yang pada saat ini kita hadapi perlu
ditanggulangi secepatnya. Permasalahan aktual pendidikan meliputi
masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru,
pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan.
Masalah
aktual dibagi menjadi dua, yaitu mengenai konsep dan mengenai pelaksanaannya.
Misalnya, munculnya kurikulum baru merupakan masalah konsep. Maksudnya, apakah
kurikulum tersebut cukup andal secara yuridis dan secara psikologis ataukah
tidak. Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau masalah operasional.
Berikut masalah aktual pendidikan yang
ada di Indonesia :
1. Masalah keutuhan pencapaian
sasaran
Pada Undang-Undang No 2 Tahun 1989
tentang sistem pendidikan nasional bab II pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Kemudian
dipertegas lagi di dalam GBHN butir 2a dan b tentang arah dan tujuan pendidikan
bahwa yang dimaksud dengan manusia utuh adalah manusia yang sehat jasmani dan
rohani, manusia yang memiliki hubungan vertikal (dengan Tuhan), horizontal
(dengan lingkungan dan masyarakat), dan konsentris (dengan diri sendiri); yang
berimbang antara duniawi dan ukhrawi. Tetapi di dalam pelaksanaanya pendidikan
afektif belum ditangani semestinya. Kecenderungan mengarah kepada pengutamaan
pengembangan aspek kognitif. Untuk itu banyak hambatan yang perlu dihadapi
untuk mencapai sasaran secara utuh. Adapun hambatan yang harus dihadapi adalah
sebagai berikut:
o Beban
kurikulum sudah terlalu sarat
o Pendidikan
afektif sulit diprogramkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi bagian
dari kurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada
kemahiran dan pengalaman guru.
o Pencapaian
hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan
kesabaran pendidik.
o Penilai
hasil pendidikan afektif tidak mudah.
2. Masalah Kurikulum
Begitu banyak masalah-masalah
kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah-masalah ini turut
andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia. Masalah
kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Sumber masalahnya
ialah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke
lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberikan bekal dasar
yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka ingin lanjut).
Berikut ini
adalah beberapa masalah kurikulum:
a. Kurikulum pendidikan Indonesia
terlalu kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum
pendidikan di negara maju, kurikulum yang dijalankan di Indonesia terlalu
kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani
dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Sehingga siswa harus berusaha
keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Kedua hal
tersebut akan mengakibatkan ketidakpahaman siswa terhadap keseluruhan materi
yang diajarkan.
Siswa akan lebih memilih untuk
mempelajari materi dengan hanya memahami sepintas tentang materi tersebut.
Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas guru akan
semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru akan
terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi. Hal
ini tidak sesuai dengan peran guru.
b. Seringnya berganti nama
Kurikulum pendidikan di Indonesia
sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan tersebut hanyalah sebatas
perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada
dampak positif dari perubahan kurikulum pendidikan Indonesia
Pengubahan
nama kurikulum pendidikan tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila
dilihat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut
digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan
pendidikan.
c. Kurangnya sumber prinsip
pengembangan
Pengembangan kurikulum pendidikan tentu
saja berdasarkan sumber prinsip, untuk menunjukan dari mana asal mula lahirnya
suatu prinsip pengembangan kurikulum. Sumber prinsip pengembangan kurikulum
yang dimaksud adalah data empiris (pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti
efektif), data eksperimen (temuan hasil penelitian), cerita/legenda yang hidup
di masayaraksat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense).
Namun dalam fakta kehidupan, data
hasil penelitian (harddata) itu sifatnya sangat terbatas. Terdapat banyak data
yang bukan diperoleh dari hasil penelitian juga terbukti efektif untuk
memecahkan masalah-masalah yang komploks, diantaranya adat kebiasaan yang hidup
di masyarakat (folklore of curiculum). Ada juga hasil pemikiran umum atau akal
sehat (common sense).
3. Masalah Peranan Guru
Sejalan dengan pengembangan IPTEK yang
pesat dan realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu disempurnakan, maka guru sebagai suatu komponen sistem
pendidikan juga harus berubah. Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin
seorang diri melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia dibantu
oleh sejumlah petugas lainnya seperti konselor (guru BP), pustakawan, laboran,
dan teknisi sumber belajar.
Seorang
guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer),
menunjukkan tujuan pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan
pembelajaran (koordinator), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber
belajar (komunikator), menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar
(fasilitator), dan memberikan dorongan belajar (stimulator).
4. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun
UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 6
menyatakan tentang hak warga negara untuk mengikuti pendidikan
sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar, dan Pasal 13 menyatakan tujuan
pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar,
Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri
atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP,
Pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar
pada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Ketetapan-ketetapan
tersebut merupakan realisasi GBHN 1993 tentang arah pendidikan nasional butir
26 antara lain mengatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan
pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Dilihat
dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dassar yaitu 9 tahun, kita
sudah mengalami langkah maju dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang
menetapkan wajib belajar hanya 6 tahun. Secara konseptual dan acuan yang
diberikan oleh ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan
kebutuhan pembangunan.
Hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, antara lain :
Ø Realisasi
pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28 Tahun 1989 masih harus dicarikan
titik temunya dengan PP No. 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai
bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.
Ø Kurikulum
yang belum siap
Ø Pada
masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan perlu disiapkan melalui
bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain-lain.
E. SOLUSI MASALAH PENDIDIKAN
DI INDONESIA
1. Solusi Masalah Pokok Pendidikan
di Indonesia
a. Solusi
Masalah Pemerataan Pendidikan
Hal dasar yang sangat dibutuhkan dalam
upaya pemerataan pendidikan Indonesia adalah dana serta birokrasi yang jelas
dan mudah. Dana dibutuhkan oleh pemerintah untuk memperbaiki sarana dan prasana
sekolah yang ada di daerah, membiayai guru yang berkualitas, membangun atau
menciptakan sumber daya manusia di daerah, dan pemberian subsidi supaya seluruh
golongan masyarakat dapat menjangkau biaya pendidikan. Jelas dan mudahnya
birokrasi sangat membantu kelancaran pemeratan pendidikan di setiap pelosok
negeri Indonesia.
Demi
mewujudkan generasi-generasi bangsa yang cerdas dan berguna bagi pembangunan,
maka pemerintah tentu berfikir keras guna memecahkan permasalahan pemerataan
pendidikan di Indonesia. Untuk itu ada dua cara yang diupayakan yaitu cara
konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a) Membangun
gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b) Menggunakan
gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
Cara inovatif antara lain:
1.
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru)
atau Inpacts system (Instructionar
Management by parent, community and, teacher). sistem tersebut dirintis di solo
dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
2.
SD kecil pada daerah terpencil.
3.
Sistem Guru Kunjung.
4.
SMP Terbuka (ISOSA _ In School Out off School Approach),
5.
Kejar Paket A dan B.
6.
Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.
b. Solusi Masalah Mutu Pendidikan
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan
jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan, namun pada dasarnya
pemecahan masalah mutu pendiidkan bersasaran pada perbaikkan kualitas komponen
pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan
pengalaman belajar peserta didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.
Upaya
pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal
yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai
berikut:
·
Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan
mentah, khususnay untuk Slta dan PT.
Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan
melalui studi lanjut.
·
Penyempurnaaan kurikulum
·
Pengembanagan
prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar
·
Penyempurnaan
sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran
·
Peniungkatan
adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
·
Kegiatan pengendalian mutu.
Dari
keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika
pendidikan:
·
Dapat menyediakan kesempatan
pemerataan belajar, artinya semua warga Negara yang butuh pendidikan dapat
ditampung daalm suatu satuan pendidikan.
·
Dapat mencapai hasil yang bermutu
artinya: perencanaan, pemprosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan.
·
Dapat terlaksana secara efisien
artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis
dalam rancangan.
Produknya yang bermutu
tersebut relevan, artinya: hasil pendiidkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan pembangunan.
2. Solusi Masalah Aktual Pendidikan
di Indonesia
Menurut Tirta rahardja pada (2010:249)
beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah actual
pendidikan, antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan
afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara incidental, pendekatan keterempilan
proses yang sudah disebarluaskan konsepnya perlu ditinjaklanjuti
dengan penyebaran buku penduannya kepada sekolah-sekolah. Dalam
hubungan ini pelaksanaan pendidikan kesenian perlu diperhatikan khusus sehingga
tidak menjadi pelajran yang dikesamingkan.
b. Pelaksanaan
KO dan ekstrakulikurel dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya
diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan, untuk itu perlu
dikaitkan dengan pemberian intensif bagi guru.
c. Pemilihan
siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar keperguruan tinggi dengan
yang akan terjun ke masyarakat, merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya
tidak semua siswa secara potensial mampu belajar diperguruan tinggi. Oleh
karena itu perlu disusun rancangan yang mantap untuk itu. Misalnya antara lain
sekolah menengah kejuruan tingkat atas diperbanyak dengan berbagai jenisnya.
Disegi lain pendirian perguruan tinggi swasta dibatasi
dan akreditasi terhadap PTS diperketat.
d. Pendidikan
tenaga kependidiakn (pejabat dan dalam jabatan) perlu diberi perhatian khusus,
oleh karena tenaga kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya
sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan. PKG (pusat kegiatan
guru),MGBS (musyawara guru bidang studi) dan MGMP ( musyawara guru mata
pelajaran) perlu ditumbuhkembangkan terus sebagai model pengembangan kemampuan
guru (self sustaining competencies). Pendayagunaan dumber belajar yang beraneka
ragam perlu ditingkatkan, upaya ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah, guru
dan teknisi sumber belajar.
e. Untuk
pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika dikaitkan dengan gerakan
wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara meluas pada masyarakat untuk
menemukan faktor penunjang utamanya,faktor penghambatnya.
Kepada
masyarakat luar perlu diberikan informasi yang sifatnya memperjalas dan
persuasive tentang makna dari pendidikan dasar. Realisasi dari pelaksanaan
pendidikan dasar ini dilakukan secara bertahap.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian
Pendidikan| Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai
taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Pengertian pendidikan menurut Undang
Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian
rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif
supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam
bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.
Di Indonesia sekarang menganut system
pendidikan nasional,beberapa sistem pendidikan Indonesia yang telah
dilaksanakan, di antaranya adalah Sistem Pendidikan yang berorientasi pada
nilai, sistem pendidikan terbuka, Sistem pendidikan beragam, Sistem pendidikan
yang efisien dalam pengelolaan waktu, Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan
perubahan zaman.
Pada
dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia
yaitu mengenai bagaimana pengupayaan agar semua warga Negara dapat menikmati
kesempatan pendidikan serta pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah kehidupan
bermasyarakat. Jenis-jenis permasalah pokok pendidikan yang diprioritaskan
penanggulangannya di Indonesia yaitu masalah pemerataan pendidikan, masalah
mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan dan masalah relevansi pendidikan.
Beberapa contoh permasalahan aktual
pendidikan di Indonesia yang berkaitan dengan permasalahan pokok pendidikan dan
dapat dibahas dalam makalah ini diantaranya meliputi masalah keutuhan
pencapaian sasaran, masalah kurikulum, masalah pendidikan dasar 9 tahun dan
masalah peranan guru.
B. SARAN
Adapun
saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah semua pihak harus
bekerjasama dalam upaya penanggulangan permasalahan pokok pendidikan. Untuk
meminimalisir dampak negaif yang disebabkan oleh permasalahan pokok tersebut
maka harus ada perencanaan yang baik terhadap system pendidikan. Meningkatkan
kualitas pendidik dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Serta penyediaan
sarana dan prasarana yang lebih efektif dan efisien Sebagai mahasiswa khususnya
calon pendidik, kita harus menyadari dan memahami berbagai macam permasalahan
pendidikan yang terjadi dilapangan sehingga dapat merumuskannya serta mencari
alternatif pemecahannya. Jadilah, Mahasiswa sekaligus Calon Pendidik yang peka
terhadap berbagai permasalahan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Liem, Jay. Pengertian
Pendidikan Menurut Para Pakar Pendidikan. Diambil dari:
Anonym. 2015. Pengertian
Pendidikan: Pendapat Ahli tentang Pendidikan. Diambil dari:
Akram, gio.2013.Permasalahan
Pokok Pendidikan Dan Penanggulangannya. Diambil dari :
Dewa, Apriantika.
2014. Makalah Pengantar Pendidikan Permasalahan Pendidikan. Diambil
dari :
Abraham.
2012. Problematika Pendidikan Di Indonesia. Diambil dari:
Heryana
Embrienk Yayan.2011. Permasalahan
Actual Pendidikan dan Penanggulangannya di Indonesia. Diambil dari:
Sudrajat,Edi.
2015. Masalah Pokok Pendidikan dan Cara Menanggulanginya. Diambil
dari: